Sambutan, dari Diknas pada acara :
“
LOKA KARYA
PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN PRIORITAS
TINGKAT
NASIONAL”
Ada berberapa wacana untuk
meninjau ulang kurikulum. Namun pembelajaran tetap menggunakan PAKEM. Manajemen
berbasis sekolah akan dimanfaatkan untuk menanamkan pendidikan karakter, untuk
itu pengelolaan kelas harus efektif.
Masalah pokok pada
pendidikan ternyata bukan pada kurikulum, namun pada proses pembelajaran.
Mengapa belum terjadi di semua sekolah,
karena kebijakan – kebijakan kemendiknas apapun ternyata implementasinya tidak
sampai ke sekolah.
Untuk itu diharapkan program
PRIORITAS menjadi kepanjangan tangan dari program Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan Nasional. Pastikan program – program kemendiknas diterima dulu pada
guru di sekolah.
Praktisi
pendidikan banyak bermain pada strategi
pelatihan dan pembelajaran, kita masih kekurangan bahan ajar mengenai konsep
dan strategi pembelajaran, diperlukan workshop-workshop menyusun bahan ajar. Kurikulum saat ini sebenarnya sulit untuk
disusun buku, contoh ( anak mengenal tokoh – tokoh di daerahnya, anak mengenal
jenis – jenis tumbuhan di daerahnya, isi diskusi adalah masalah – masalah yang
sedang dihadapi siswa. Pada dasarnya siswa datang ini perlu kita siapkan “
pengalaman apa yang akan diperoleh siswa, siswa mau belajar apa).
Oleh sebab
itu pembelajaran benar – benar membutuhkan guru – guru kreatif. Inilah perlunya
kita memerbanyak film – film pembelajaran yang baik, mengapa inspirasi dari
film bisa mengalahkan bangunan sistem yang terjadi di sekolah yang puluhan
tahun ini.
Hal – hal yang harus
diutamanakan percepatan peningkatan mutu pendidikan
- Perbanyak Referensi untuk siswa dan guru
- Peningkatan Strategi pelatihan guru dan strategi pembelajaran
- Pelaksanaan Evaluasi, menjamin semua di atas terlaksana dengan baik di sekolah.
Kenyataan
saat ini sekolah maju dengan baik, bukan karena kebijakan, namu karena di
sekolah tersebut ada guru-guru yang baik dan berkualitas. Bukti pemerintah
membuat pilot peningkatan mutu, pada evaluasi diknas mengadakan lomba ternyata
sekolah-sekolah yang dijadikan pilot tidak ada yang juara.
Seperti
biasa setiap hari Sabtu pagi menteri melakukan jalan-jalan ke daerah, mentri melihat ada sekolah di mana seorang
lagi menyapu halaman, pak mentri berhenti dan ingin memastikan siapa orang
tersebut, ternyata Kepala Sekolah. Tidak mengira kepala sekolah tersebut
didatangi Pak Mentri, kemudian diajaklah masuk ke kantor, melihat profil
sekolah yang dikemas sederhana berisi tentang program sekolah yang sederhana,
ada data perkembangan prestasi siswa, data kemajuan gurunya. Lingkungannya
bersih, kepedulian warga sekolah sangat tinggi, Kemudian Pak mentri mengatakan
kepada stafnya “ Minimal sekolah itu seperti ini “
Mendiknas
membagi Karakter ke dalam 3 bagian
1. Sadar
sebagai ciptaan Tuhan
2. Punya
rasa kepenasaran terhadap intelektual
3. Cinta
tanah air
Sudah
ada 15 juknis pendidikan karakter,
Diantaranya
:
· Pendidikan
karakter dalam PAKEM
· Pendidikan
karakter pada ekstrakurukuler
· Pendidikan
karakter dengan budaya di sekolah
a. Pengembangan
karakter melalui 5 mata pelajaran
b. Pengembangan
karakter melalui ekstrakurikuler, pramuka, kesenian dan lain lain
c. Pengembangan
karakter kegiatan pembiasaan/budaya sekolah
Namun
demikian keberhasilan pendidikan karakter akan tercapai dengan keteladanan dan
pembiasaan. Hakikatnya Pendidikan karakter tidak bisa diajarkan, namun selalui
tercermin pada pembelajaran. Evaluasi sebenarnya bisa dilakukan secara tidak
langsung, evaluasi pendidikan karakter sebenarnya bukan mengevaluasi siswa,
namun program pendidikan karakternya yang dievaluasi.
Nilai
itu tidak bisa dipisah-pisahkan, jika kita mengajarkan diskusi pasti yang
terjadi adalah kerjasama, menghargai, punya ide, toleransi dll. Kita tidak bisa
menilai satu aspek saja, namun semua nilai – nilai kehidupan itu berhasil dapat
kita lihat dan kita rasakan.
Memang
ada wacana pengurangan kurikulum namun belum disetujuai. Kita tidak usah ikut
berfikir tentang kurikulum, kita bermain pada strategi pembelajaran.
Sebenarnya
nilai yang diperoleh siswa adalah refleksi nilai gurunya, tidak naiknya siswa
adalah tidak naiknya guru dalam program pendidikan. Tidak diterimanya siswa di
sekolah lanjutan adalah cerminan dari guru tersebut. Semoga informasi ini
menjadi motivasi para guru di Indonesia. Sarjita.
Thanks gan udah share , blog ini sangat bermanfaat .............................
BalasHapusbisnistiket.co.id