Meskipun rendahnya minat baca, sering diseminarkan,
disikusikan bahkan ditulis di berbagai media masa, tetap saja topik ini sangat
manarik dibahas. Usaha pemerintah dibantu Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa
dan Gerakan Cinta Buku, ternyata belum berhasil baik. Padahal jika dicermati
penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama/judulnya
sangat meningkat tajam. Mestinya semakin banyak penerbitan Koran dan majalah,
maka akan berimbas pada peningkatan minat baca terhadap buku. Sayangnya, peningkatan
minat baca ini hanya terjadi pada masyarakat terhadap koran dan majalah saja.
Pertanyaannya bagaimana minat baca anak-anak kita apakah
senang membaca, berapa buku yang bias dibaca setiap hari, bagaimana hasilnya ?
tentu kita harus meneliti.
- Faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat minat baca
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan bisa menghambat
masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi
layaknya membaca koran dan majalah, yaitu:
a.
Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa
harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi
atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
b.
Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar
rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku.
c.
Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan
membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet
merupakan sarana visual yang dapat disinonimkan dengan sumber informasi yang
lebih abtudate, tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di
internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
d.
Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi,
karaoke, mall, supermarket dll.
e.
Budaya baca masih
belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan
Ibu-Ibu yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum
anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja
dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan.
f.
Para ibu disibukan
dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan
nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim.
g.
Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu
juga jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk
yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh.
C.Apa Program
Membaca di Kelas
Program membaca pertama kali
dikenalkan DBE2 USAID dengan tujuan menggalakkan budaya baca di kelas pada tingkat
Sekolah Dasar (SD). Sekolah menyadari bahwa dengan membagikan buku-buku bacaan
ke tiap-tiap sekolah belum menjamin bisa meningkatkan minat baca siswa di
sekolah. Oleh sebab itu diperlukan langkah nyata untuk mewujudkan budaya baca
yang benar-benar bisa dilaksanakan.
Program ini juga bisa dirancang
menjadi pelatihan yang ditujukan kepada para guru untuk meningkatkan kemampuan
dan kebiasaan membaca siswa.
Program Membaca ini terdiri
dari dua komponen utama: membekali kelas dengan buku dan materi baca
(perpustakaan kelas), dan pelatihan pengembangan kompetensi untuk guru dalam
menggunakan buku serta materi baca di dalam pembelajaran. Buku yang
digunakan adalah buku-buku yang dimiliki sekolah yang sudah dikelompokkan ke
dalam kategori.
Agar mudah
mengenali buku-buku tersebut dikelompokkan kedalam empat kategori bacaan:
pengetahuan alam; sejarah, geografi dan budaya; pendidikan moral; serta legenda
dan dongeng-dongeng binatang (fabel). Sebuah
program untuk meningkatkan minat baca pada siswa Sekolah Dasar (kelas 1 – 3)
melalui pengadaan bahan bacaan tambahan dan pengembangan profesional para guru
untuk menciptakan kegiatan belajar aktif di kelas dengan menggunakan bahan-
bahan bacaan tersebut.
D. Bagaimana
program ini akan berjalan?
1.
Program membaca diawali dengan mengumpulkan semua buku yang
dimiliki sekolah, baik buku baru maupun buku lama. Buku – buku tersebut ditata
ulang diiventaris dan diklasifikasi berdasarkan kelompok sains, pengetahuan
social, seni budaya, agama, moral/budi pekerti.
2.
Melibatkan siswa
dalam mengelola buku sebagai bagian dari program baca.
3.
Membekali guru-guru
dengan keterampilan untuk mengintegrasikan buku-buku bacaan kedalam kegiatan
pembelajaran aktif melalui pengembangan professional.
4.
Melibatkan peran
serta orang tua dalam kegiatan membaca sehingga diperoleh proses
berkesinambungan di sekolah ataupun di rumah. Pendampingan pelaksanaan program
membaca di dalam kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar